I. Pengertian
Universal dalam Bahasa
Istilah
“bahasa” didefinisikan sebagai wujud komunikasi antarmanusia untuk dapat saling
mengerti satu sama lain, sebagaimana yang dilansir oleh Edward Sapir tahun
1921. Yang dimaksud “bahasa” merupakan sesuatu yang human specific (khas
manusia). Hewan tidak punya “bahasa” karena mereka hanya berkomunikasi
dengan sinyal, yakni
sinyal tubuh, bau, suara, warna, dan sebagainya. Bila Anda beranggapan sinyal
ini merupakan “bahasa”, maka “sinyal manusia” lebih kompleks dan dapat
berubah-ubah, dapat dimaknai dengan arti baru, serta dapat dikombinasi
bermacam-macam. Sementara itu, “sinyal di dunia fauna” pada umumnya tidak
dikombinasi dan tidak pernah membentuk arti baru.
Menurut National Geographic, tahun 2005 silam umat manusia
di dunia secara aktif menggunakan 6.912
bahasa. Di antara ribuan bahasa tersebut sesama manusia dapat belajar bahasa yang
berbeda-beda, walaupun dengan aksara yang berupa-rupa, tapi tetaplah
bisa dipelajari karena sama-sama “bahasa manusia”.
Mana yang
berperan membentuk bahasa lebih dulu: otak atau lingkungan?
Sistem
komunikasi yang sama meskipun berupa banyak perbedaan, dalam hal ini bahasa yang
digunakan umat manusia ini kemudian mendasari peranan kodrati (innate)
sebagai pembentukan bahasa oleh manusia. Hal tersebut tidak bisa dilepaskan
dari peranan otak yang menjadi pusat segala aktivitas manusia. Otak menjadi
salah satu faktor tumbuhnya bahasa sekaligus memegang peranan vital dalam
fungsi-fungsi kebahasaan. Gagasan ini dikemukakan oleh Lenneberg, Chomsky, serta
McNeil, dalam teori ini tugas lingkungan
hanyalah memberi sedikit sentuhan sehingga nanti bahasa akan berkembang
sendiri.
Berbeda
dengan teori innate, pada kondisi lain dikatakan bahwa saat manusia dilahirkan,
otak manusia bagaikan kertas yang putih bersih. Teori ini dinamakan teori
tabularasa atau emperisme. Dikatakan dalam teori ini bahwa bahasa berkembang
karena jasa lingkungan tempat tumbuhnya anak menjadi dewasa. Bahasa yang
dijumpai oleh anak dalam lingkungannnya itulah yang akhirnya berwujud dalam
otak. Teori ini mengatakan bahwa bahasa
tak akan berkembang tanpa jasa lingkungan.
Benarkah bahasa manusia benar-benar beda?
Kata orang
kuno, bahasa yang berbeda-beda “memisahkan” manusia sehingga kerap menyebabkan
timbulnya salah paham. Namun, sebenarnya tidak ada perbedaan fundamental antara
bahasa Jerman, Mandarin, Arab, Jawa Kuno, Jepang, Sansekerta, atau Bahasa
Indonesia sekali pun. Karena itu, bahasa
apa pun, asalkan masih “bahasa manusia”, dapatlah dipelajari. Orang
Indonesia bisa belajar bahasa Rusia, orang Zimbabwe bisa belajar bahasa
Tagalog, dan orang Eskimo bisa diajari bahasa Hindi, tapi “bahasa” hewani tidak
bisa dipelajari dan diajarkan.
Kebisaan
antarmanusia dapat saling mempelajari semua bahasa di dunia membuat salah satu
calon linguis besar dunia pada 1950-an, Noam Chomsky, membuat satu hipotesis
bahwa basis semua bahasa di dunia adalah tata bahasa universal, yang ada dalam
diri setiap orang. Hipotesis ini menjadi sangat heboh pada saat itu. Hal itu
kemudian menyulut revolusi di riset otak manusia. Hipotesis itu berkembang
pesat, dan kemudian menjadi semacam gerakan ahli bahasa (disebut “linguis”)
untuk mencari kaidah-kaidah keuniversalan bahasa manusia (disebut “tatabahasa
universal”).
Tatabahasa
universal adalah kumpulan aturan, yang kemudian disimpulkan struktur setiap
bahasa manusia bumi. Tata bahasa universal ini asli bawaan setiap manusia,
tertancap erat di otak kita. Mereka membentuk matriks, kerangka semua bahasa
manusia. Seandainya tidak ada tata bahasa universal ini, kemungkinan besar
bahasa-bahasa di muka bumi ini akan sangat berlainan sehingga bagi manusia yang
bahasanya tidak sama, tidak akan dapat saling berkomunikasi.
Persamaan
bahasa-bahasa di dunia.
Bahasa-bahasa di dunia memiliki
beberapa persamaan, yakni :
1.
Bahasa-bahasa
di dunia menggunakan butir-butir linguistik yang jenisnya sama,
2.
Bahasa-bahasa
di dunia memiliki jenis varian yang sama,
3. Bahasa-bahasa
di dunia sama-sama menggunakan aturan gramatikal yang mendasari struktur
butir-butir tersebut,
4.
Bahasa
tersebut menggunakan sistem perlambangan makna yang sama,
5.
Bahasa-bahasa
di dunia bersifat kreatif,
6.
Pemerolehan
bahasa melalui proses tahapan-tahapan yang sama, dan
7. Dalam
berkomunikasi orang cenderung menyesuaikan diri kepada mitra bicara dan norma
komunikasi agar komunikasi berjalan lancar.
Dari
berbagai laporan penelitian sosiolinguistik dapat dicatat bahwa semua bahasa
memiliki varian seperti idiolek, dialek, ragam, undak-usuk, dan
register (Gumperz dan Hymes, 1972, Fishman, 1972, Halliday, 1979,
Poedjosoedarmo, 1984).
II.
Universalitas bahasa dan timbulnya varian bahasa
Terdapat suatu gejala perubahan gramatika yang merupakan
pertemuan antara kekuatan yang bersifat universal dengan bentuk-bentuk yang ada
di luar jangkauan otak. Pertemuan ini mengakibatkan perubahan gramatikal
yang sifatnya berantai. Bentuk yang satu mempengaruhi bentuk yang lain, sebagai
akibatnya terjadi serentetan perubahan-perubahan. Hal ini terjadi karena aturan gramatika harus menjamin kemampuan
bahasa yang pada akhirnya selalu efisien.
Timbulnya dialek berarti timbulnya perubahan pada beberapa
sistem suatu bahasa. Perubahan ini dapat terjadi pada sistem fonologi,
morfologi, dan sistem sintaksis. Apabila pola intonasi kalimat berubah,
maka tekanan pada kata berubah, kemudian dibarengi dengan perubahan jenis
urutan kata dan frasa atau bahkan urutan frasa dalam kalimat. Setelah itu,
perubahan ini dapat bersifat drastis, misalnya berupa hilangnya beberapa afiks
serta munculnya pemarkah-pemarkah baru. Perubahan berantai semacam ini
menjadikan bahasa yang tadinya sama menjadi sangat berbeda.
III.
Fungsi
Bahasa dalam Universal
Dalam
keilmuan dapat dipahami bahwa bahasa memiliki sifat yang teratur, berpola,
memiliki makna dan fungsi. Sistematis diartikan pula bahwa bahasa tersusun
menurut suatu pola, tidak tersusun acak. Karenanya, sebagai sebuah sistem,
bahasa juga sistemik. Bahasa sebagai lambang artinya memiliki simbol untuk
menyampaikan pesan kepada lawan bicara. Bahasa berfungsi untuk menegaskan
bahasa yang hendak disampaikan.
Bahasa itu
adalah Bunyi. Kata bunyi berbeda dengan kata suara. Menurut Krdaklaksana
(1983:27) bunyi adalah pesan dari pusat saraf sebagai akibat dari gendang
telinga yang bereaksi karena perubahan- perubahan dalam tekanan udara. Karena
itu, banyak ahli menyatakan bahwa yang disebut bahasa itu adalah yang sifatnya
primer, dapat diucapkan dan menghasilkan bunyi.
Bahasa itu
adalah Tulisan. Dengan demikian, bahasa tulis adalah bahasa sekunder yang
sifatnya berupa rekaman dari bahasa lisan, yang apabila dibacakan atau
dihafalkan tetap melahirkan bunyi juga. Sebagai bunyi, bahasa berfungsi untuk
menyampaikan pesan lambang dari kebahasaan sebagaimana disebutkan diatas bahwa
bahasa juga bersifat lambang.
Bahasa itu
Bermakna. Bahasa sebagai suatu hal yang bermakna erat dengan kaitannya sistem
lambang bunyi. Oleh sebab itu, dilambangkan dengan suatu pengertian, suatu
konsep, sutau ide, atau suatu pikiran, yang hendak disampaikan melalui wujud
bunyi bahasa yang bermakna. Bahasa dapat berupa satuan-satuan bahasa yang
berwujud morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana.
Bahasa itu
Arbitrer. Arbitrer dapat diartikan semena-mena, berubah-ubah, tidak tetap.
Arbitrer diartikan pula dengan tidak adanya hubungan wajib antara lambang
bahasa (yang berwujud bunyi) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh
lambang tersebut. Hal ini berfungsi untuk memudahkan orang dalam melakukan tindakan
kebahasaan.
Bahasa itu
Unik. Bahasa dikatakan memiliki sifat yang unik karena setiap bahasa memiliki
ciri khas sendiri yang dimungkinkan tidak dimiliki oleh bahasa yang lain. Ciri
khas ini menyangkut sistem bunyi, siistem pembentukan kata, sistem pembentukan
kalimat dan sistem-sistem lainnya. Diantara keunikan yang dimiliki bahasa
memiliki tekanan kata bersifat morfemis, melainkan sintaksis. Bahasa bersifat
unik berfungsi untuk membedakan antara bahasa yang satu dengan lainnya.
Bahasa itu
Universal, selain unik dengan ciri-criri khas tersendiri, setiap bahasa juga
dimungkinkan memiliki ciri yang sama untuk beberapa kategori. Hal ini bisa
dilihat pada fungsi dan beberapa sifat bahasa. Karena bahasa itu bersifat
ujaran, ciri yang paling umum dimiliki oleh setiap bahasa itu adalah memiliki
vokal dan konsonan. Namun, beberapa vokal dan konsonan pada setiap bahasa tidak
selamanya menjadi persoalan keunikan. Bahasa Indonesia misalnya, memiliki 5
buah vokal dan 21 konsonan, tetapi bahasa Arab memiliki 3 buah vokal pendek, 3
buah vokal panjang, serta 28 konsonan (Al- Khuli, 1982:321). Oleh sifatnya yang
universal, bahasa memiliki fungsi yang sangat umum dan menyeluruh dalam
tindakan komunikasi.
Bahasa itu
Bervariasi. Setiap masyarakat memiliki variasi atau ragam dalam bertutur. Bahasa
Aceh misalnya, antara penutur bahasa Aceh bagi masyarakat Aceh Barat dengan
masyarakat Aceh Utara memiliki variasi. Variasi bahasa dapat terjadi secara
idiolek, dialek, kronolek, sosiolek, dan fungsional.
Bahasa itu
Dinamis. Hampir disetiap tindakan manusia selalu menggunakan bahasa. Bahkan,
dalam bermimpi pun, menggunakan bahasa. Karena setiap tindakan manusia sering
berubah-ubah seiring perubahan zaman yang diikuti oleh perubahan pola pikir
manusia, bahasa yang digunakan pun kerap memiliki perubahan. Inilah yang
dimaksud dengan dinamis. Dengan kata lain, bahasa tidak statis, tetapi akan
terus berubah mengikuti kebutuhan dan tuntutan pemakai bahasa.
Bahasa
sebagai alat Interaksi Sosial. Bahasa sebagai alat interaksi sosial sangat
jelas fungsinya, yakni dalam interaksi, manusia memang tidak dapat terlepas
dari bahasa. Hampir di setiap tindakan manusia tidak terlepas dari bahasa, maka
salah satu hakikat bahasa menjadi alat komunikasi dalam bergaul sehari-hari.
Bahasa
sebagai Identitas Diri. Bahasa juga dapat menjadi identitas diri pengguna
bahasa tersebut. Hal ini disebabkan bahasa juga menjadi cerminan dari sikap
seseorang dalam berinteraksi. Sebagai identitas diri, bahasa akan menjadi
penunjuk karakter pemakai bahasa tersebut.
Bahasa
sebagai alat Komunikasi. Dengan menggunakan bahasa, manusia dapat berhubungan
dengan alam sekitarnya, terutama dengan sesama manusia. Bahasa merupakan alat
untuk merumuskan apa yang ada dalam pikirannya, apa yang dirasakan, dan apa
yang dikehendakinya. Apa yang dipikirkan itu dapat disampaikan kepada orang
lain melalui bahasa, sehingga dapat diciptakan kerja sama antar sesama manusia.
Dengan bahasa pula manusia dapat mengatur kegiatannya yang berhubungan dengan
kehidupan kemasyarakatannya.
Bahasa
sebagai alat Ekspresi Diri Bahasa merupakan wujud atau pernyataan keberadaan
manusia dimuka bumi ini. Manusia dapat menyatakan secara terbuka segala sesuatu
yang tersirat di alam pikirannya kepada orang lain (bayi, remaja, dewasa sampai
kepada orang tua), semuanya tetap menyatakan diri dengan bahasa. Bayi yang
menangis merupakan tanda keberadaannya, agar orang lain dapat mengerti apa yang
dirasakannya atau apa yang diinginkannya, misalnya haus atau lapar biasanya ia
nyatakan dalam bentuk tangisan untuk mewakili perasaannya.
Bahasa
sebagai alat Integrasi dan Adaptasi Sosial. Pada dasarnya manusia diciptakan
sebagai makhluk sosial. Kelompok masyarakat yang satu pasti membutuhkan
kelompok masyarakat yang lain untuk berkomunikasi kemudian diadaptasikan kepada
orang lain maupun diri sendiri. Alat yang digunakan berintegrasi dan
beradaptasi itu adalah bahasa. Bahasa yang digunakan hendaknya sesuai dengan
kondisi setempat, warga masyarakat harus dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Untuk penyesuaian tersebut maka bahasa lah yang memegang peranan
yang sangat penting dalam menciptakan suasana aman dan damai.
Bahasa
sebagai alat Penampung dan Penerus Kebudayaan. Kontak manusia dengan alam sekitarnya
dapat melahirkan karya budaya. Manusia mendekati dan mengelola alam, alatnya
ialah bahasa, dan hasil penemuan selalu dilambangkan dengan bahasa. Karya
budaya yang dihasilkan oleh manusia masa lampau dapat dilestarikan dengan
bahasa sehingga dapat dinikmati dan dikembangkan oleh manusia masa kini dan dilanjutkan
atau diwariskan kepada generasi selanjutnya.
Bahasa
juga berfungsi menghubungkan ruang atau tempat yang satu dengan tempat yang
lain misalnya apa yang terjadi di Amerika atau di dunia yang lain dapat
diketahui di Indonesia dalam waktu yang relatif singkat karena adanya bahasa
dengan bantuan teknologi modern. Peristiwa yang dialami manusia berlangsung
terus menerus diabadikan dengan bahasa dalam wujud sejarah. Fungsi bahasa Indonesia
berhubungan dengan kedudukan bahasa Indonesia. Kedudukan itu diperoleh
berdasarkan pengalaman sejarah bangsa Indonesia yang berkaitan dengan
perkembangan bahasa Indonesia.
Daftar
Referensi :
Kamus Besar. (2012). Universalitas. Diakses tanggal 23 Oktober,
2012 dari http://www.kamusbesar.com/42801/universalitas
Prayogi, I. (2012). Universalitas Bahasa (Tinjauan Singkat).
Diakses tanggal 23 Oktober, 2012 dari http://bahasa.kompasiana.com/2012/04/12/universalitas-bahasa-tinjauan-singkat/