Label:

Satuan Acara Perkuliahan ( SAP ) adalah pembagian materi pada suatu mata kuliah. Pada SAP ini kita dapat mengetahui rincian materi mata kuliah serta tujuan darimata kuliah tersebut sehingga kita dapat menguasai materi – materi perkuliahan.www.sap.gunadarma.ac.id

BAAK adalah salah satu fasilitas yang disediakan oleh Gunadarma untuk menangani segala sesuatu yang berkaitan dengan penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di Universitas Gunadarma dan administrasi akademik bagi seluruh mahasiswa Universitas Gunadarma. Manfaat dari baak adalah dapat melihat informasi-informasi seperti berita tentang perkuliahan, kalender akademik, jadwal perkuliahan, jadwal pengisian KRS, jadwal ujian, dll tanpa mesti datang kekampus. Dan juga baak menyediakan fasilitas online secara real time yang bermanfaat jika ada mahasiswa yang bertanya, langsung dijawab & dapat dilihat atau melalui email.www.baak.gunadarma.ac.id

Ilmu Budaya Dasar “Manusia dan Keadilan”

Label:


Pengertian Manusia dan Keadilan
Kata adil berarti tidak berat sebelah atau tidak memihak atau sewenang-wenang. Keadilan adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban. Jika kita mengakui hak hidup kita, maka sebaliknya kita wajib mempertahankan hak hidup dengan bekerja keras tanpa merugikan orang lain. Jika kita pun mengakui hak hidup orang lain, kita wajib memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mempertahankan hak hidup mereka sendiri. Jadi, keadilan pada pokoknya terletak pada keseimbangan atau keharmonisan antara menuntut hak, dan menjalankan kewajiban.
Pengertian keadilan menurut beberapa ahli disertai teorinya, antara lain :
  • Menurut Aristoteles, adil adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan diartikan sebagai titik tengah diantara kedua ujung ekstrem yang terlalu banyak dan terlalu sedikit.
  • Menurut Plato, merupakan proyeksi pada diri manusia sehingga orang yang dikatakan adil adalah orang yang mengendalikan diri dan perasaannya dikendalikan oleh akal.
  • Menurut Socrates, adil merupakan proyeksi pada pemerintah karena pemerintah adalah pimpinan pokok yang menetukan dinamika masyarakat.
Pada umumnya keadilan adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban. Atau dengan kata lain adalah keadaan bila setiap orang memperoleh apa yang menjadi haknya dan setiap orang memperoleh bagian yang sama dari kekayaan kita bersama.
  1. Kejujuran
Menurut M. Alamsyah (1986: 83) dalam bukunya Budi Nurani, Filsafat Berfikir, menyatakan bahwa kejujuran sangat erat hubungannya dengan masalah  nurani. Menurutnya nurani adalah sebuah wadah yang ada dalam perasaan manusia.
Kejujuran berarti apa yang dikatakan seseorang sesuai dengan hati nurani. Jujur juga berarti seseorang bersih hati dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan hukum, jujur berati pula menepati janji, baik yang telah terlahir dalam kata-kata maupun yang masih didalam hati (niat). Pada hakikatnya kejujuran dilandasi kesadaran moral yang tinggi, kesadaran pengakuan akan adanya kesamaan hak dan kewajiban, serta rasa takut terhadap kesalahan atau dosa. Berbagai cara dan sikap seseorang mempertahankan kejujuran.
2.      Pemulihan Nama Baik
Pemulihan nama baik berarti mengembalikan nama baik seseorang yang semula dinilai kurang baik. Dalam pemerintahan dikenal rehabilitasi martabat, yaitu pemulihan martabat dalam nama baik, disertai atau tidak disertai ganti rugi. Disinilah manusia mempunyai letak kelebihan dari pada makluk yang lain yaitu memiliki nama yang biasa baik, tetapi bisa juga tidak baik, sehingga martabatnya sebagai makhluk tertinggi dapat ditentukan.
Dalam pemerintahan seseorang ingin mengembalikan nama baik melalui beberapa proses yaitu harus memperoleh rehabilitasi, grasi, amnesty, dan abolish. Pada kehidupan selanjutnya tergantung pada orang itu sendiri, tentang bagaimana ia dapat menyesuaikan dirinya dengan kehidupan masyarakat.
Pemulihan nama baik seseorang tidak hanya cukup secara yuridis-formal, tetapi juga perlu diikuti dengan situasi yang sifatnya etis-sosial yaitu bahwa seseorang yang memperoleh pemulihan nama baik perlu kembali memperoleh tempat yang layak dan perlu memperoleh perlakuan yang sewajarnya dalam masyarakat. Sebenarnya nama baik merupakan tujuan utama orang hidup, sehinga seseorang berusaha menjaga dengan hati-hati agar namanya tetap baik. Yang pada hakikatnya sesuai dengan kodrat manusia.
3.      Pembalasan
Pembalasan berasal dari kata balas  yang artinya cara atau perbuatan yang bertujuan untuk memulangkan kembali apa yang pernah dikenakan kepadanya baik melalui hal yang positif dan negatif, hal yang positif biasanya cenderung berupa pujian/ sanjungan, imbalan, penghargaan. Lain halnya dengan yang negatif yang lebih cenderung pada hukuman yang biasanya dijatuhkan kepada mereka yang dinilai salah menurut mereka. Pembalasan merupakan sebuah reaksi atau perbuatan orang lain, reaksi itu biasanya berupa perbuatan yang serupa atau yang seimbang.
Berdasarkan ketentuan-ketentuan pembalasan yang positif atau pun negatif itu merupakan produk manusia yang sifatnya tidak abadi karena ketentuan atau hukum tersebut dapat diubah sesuai dengan kebutuhan manusia pada sewaktu-waktu. Pembalasan biasanya terjadi karena adanya pergaulan, pergaulan yang sahabat mendapat balasan yang bersahabat, sebaliknya pergaulan yang penuh kecurigaan menimbulkan balasan yang tidak bersahabat pula.

Ilmu Budaya Dasar “Manusia dan Keindahan”

Pengertian Manusia dan Keindahan
Kata keindahan berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek dan sebagainya. Keindahan identik dengan kebenaran. Keindahan adalah kebenaran dan kebenaran adalah keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu abadi, dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah. Keindahan juga bersifat universal (abstrak), artinya tidak terikat oleh selera perseorangan, waktu dan tempat, selera mode, kedaerahan atau lokal. Dengan kata lain keindahan itu baru dapat dinikmati jika dihubungkan dengan suatu bentuk, dengan bentuk itu keindahan berkomunikasi
Menurut cakupannya orang harus membedakan keindahan sebagai suatu kualitas abstrak dan sebagai sebuah benda tertentu yang indah. Untuk pembedaan itu dalam bahasa Inggris sering dipergunakan istilah “beauty” (keindahan) dan “the beautiful” (benda atau hal indah). Dalam pembatasan filsafat, kedua pengertian ini terkadang dicampuradukkan saja. Disamping itu terdapat pula perbedaan menurut luasnya pengertian, yakni :
a. keindahan dalam arti luas.
b. keindahan dalam arti estetis murni.
c. keindahan dalam arti terbatas dalam pengertiannya dengan penglihatan.
Keindahan dalam arti luas merupakan pengertian semula dari bangsa Yunani dulu yang didalamnya tercakup pula kebaikan. Plato misalnya menyebut tentang watak yang indah dan hukum yang indah, sedang Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang selain baik juga menyenangkan. Tapi bangsa Yunani juga mengenal keindahan dalam arti estetis yang disebutnya “symetria” untuk keindahan berdasarkan penglihatan dan harmonia untuk keindahan berdasarkan pendengaran. Jadi pengertian keindahan seluas-luasnya meliputi : keindahan seni, alam, moral dan intelektual.
Keindahan dalam arti estetik murni menyangkut pengalaman estetis dari seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang diserapnya. Sedang keindahan dalam arti terbatas lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut benda-benda yang diserapnya dengan penglihatan, yakni berupa keindahan dari bentuk dan warna.


Nilai Estetik

Dalam rangka teori umum tentang nilai The Liang Gie menjelaskan bahwa pengertian keindahan dianggap sebagai salah satu jenis nilai seperti halnya nilai moral, nilai ekonomik, nilai pendidikan dan sebagainya. Nilai yang berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan disebut nilai estetik. Nilai adalah suatu realitas psikologis yang harus dibedakan secara tegas dari kegunaan, karena terdapat dalam jiwa manusia dan bukan pada bendanya itu sendiri. Nilai itu oleh orang dipercaya terdapat pada sesuatu benda sampai terbukti ketidakbenarannya.
Tentang nilai ada yang membedakan antara nilai subyektif dan nilai obyektif. Atau ada yang membedakan nilai perseorangan dan nilai kemasyarakatan. Tetapi penggolongan yang penting adalah nilai instrinsik dan nilai ekstrinsik. Nilai ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana untuk sesuatu hal lainnya ( instrumental/contributory) yakni nilai yang bersifat sebagai alat atau membantu. Nilai instrinsik adalah sifat baik dari benda yang bersangkutan, atu sebagai sesuatu tujuan, atau demi kepentingan benda itu sendiri. Sebagai contoh :
Puisi. Bentuk puisi yang terdiri dari bahasa, diksi baris, sajak, irama, itu disebut nilai ekstrinsik, sedangkan pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca melalui (alat benda ) puisi itu disebut nilai instrinsik. Tarian damarwulan Minak Djinggo merupakan nilai ekstrinsik, sedangkan pesan yang ingin disampaikan oleh tarian itu ialah kebaikan melawan kejahatan merupakan nilai instrinsik.
Apa sebab manusia menciptakan keindahan ?
1. Tata nilai yang telah using.
2. Kemerosotan zaman.
3. Penderitaan Manusia.
4. Keagungan Tuhan.

Ilmu Budaya Dasar “Manusia dan Pandangan Hidup”


A. Cita- cita
Cita-cita sering diartikan sebagai angan-angan, keinginan, kemauan, niat, atau harapan. Cita-cita itu sangat penting bagi manusia, karena adanya cita-cita menandakan kedinamikaan manusia. Maka dari itu sejak bayi lahir atau bahkan sejak dalam kandungan orang tua telah mencita-citakan agar anaknya kelak menjadi insan yang baik, sudah tentu sesuai dengan keinginan orang tuanya. Kalau masalah terwujud tidaknya itu tergantung pada kepada perkembangan lingkungannya karena itu wajarlah apabila cita-cita merupakan bagian hidup manusia. Sudah tentu kadar atau tingkatan cita-cita itu berbeda-beda tergantung pada pendidikan, pergaulan, dan lingkungan masing-masing.
Pada dasarnya cita-cita adalah perasaan hati yang merupakan suatu keinginan yang ada dalam hati. Ada tiga kategori keadaan hati seseorang, keras, lunak, dan lemah. Orang yang berhati keras, tidak berhenti berusaha sebelum cita citanya tercapai. Ia tidak menghiraukan rintangan , tantangan dan segala kesulitan yang dihadapinya. Berbeda dengan orang yang berhati lunak dalam mencapai cita-citanya menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi. Namun ia tetap berusaha mencapai cita- citanya. Berbeda lagi dengan orang yang punya hati lemah, ia cenderung lebih terpengaruh oleh situasi dan kondisi. Bila menghadapi kesulitan cepat-cepat ia berganti haluan, berganti keinginan.
B. Kebajikan
Kebajikan pada hakikatnya adalah perbuatan yang sesuai dengan norma-norma agama  atau etika. Untuk melihat kebajikan kita harus melihat dari tiga sisi, yaitu manusia sebagai pribadi, manusia sebagia anggota masyarakat, dan manusia sebagai mahkluk Tuhan.
Manusia sebagai pribadi dapat menentukan baik buruk melalui suara hati yang merupakan sebagai hakim terhadap diri sendiri. Manusia sebagai anggota masyarakat, sudah tentu manusia tidak dapat membebaskan diri dari kemasyarakatannya.demikian pula suara hati masyarakat juga yang menentukan baik buruknya. Manusia sebagai mahkluk Tuhan, manusia pun harus mendengar suara hati Tuhan, Tuhan selalu membisikan agar manusia berbuat baik dan mengelak agar tidak berbuat buruk.
Kebajikan adalah perbuatan yang selaras dengan suara hati kita, suara hati masyarakat, dan firman Tuhan, kita cenderung mengartikan kebajikan sebagai perbuatan yang selalu baik, akan tetapi ada pula yang namanya kebajikan semu, yaitu kejahatan yang terselubung kebaikan. Kebajikan semu sangat berbahaya, karena pelakunya orang munafik, yang bermaksud mencari keuntungan diri sendiri.
C. Sikap Hidup
Sikap hidup ialah keadaan hati dalam menghadapi hidup ini. Sikap itu ada dalam hati kita masing-masing dan hanya kita lah yang tahu. Sikap itu penting bagi manusia, sikap setiap orang berbeda sikapnya. Sikap dapat dibentuk sesuai dengan kemauan yang membentuknya. Akan tetapi sikap juga dapat berubah karena situasi , kondisi, dan lingkungannya.
Dalam berbagai kepustakaan, yang menelaah sikap manusia, ada semacam kesepakatan bahwa sikap merupakan produk dari proses sosialisasi seseorang, berarti sikap seseorang terhadap obyek tertentu pada dasarnya merupakan hasil penyesuaian diri seseorang terhadap obyek yang bersangkutan dengan dipengaruhi oleh lingkungan sosial serta kesediaan untuk bereaksi terhadap obyek tersebut.
Sikap manusia bukanlah suatu konstruksi yang berdiri sendiri, akan tetapi paling tidak mempunyai hubungan yang sangat erat dengan struktur yang lain, seperti dorongan, motivasi, bahkan dengan nilai-nilai tertentu. Selain itu, kita pun cenderung sadar bahwa hidup kita pun akan berhasil sejauh kita berhasil menyesuaikan diri dengan realitas itu. Memang kriteria keberhasilannya lebih mengacu pada satu keadaan psikologi , yaitu diperoleh dari ketentraman batin yang tenang, namun dari sini timbul kesadaran baru bahwa untuk sampai pada keadaan semacam itu kita perlu memiliki satu sikap batin yang tepat.

Ilmu Budaya Dasar “Manusia dan Penderitaan”

Pengertian Manusia dan Penderitaan
Penderitaan berasal dari kata derita, derita berasal dari bahasa sansekerta, dhra yang berarti menahan atau menanggung (merasakan) sesuatu yang tidak menyenangkan. Setiap kesedihan cenderung membawa tantangan tersendiri untuk dihadapi. Di bawah ini beberapa contoh musibah atau kesedihan yang dapat melahirkan reaksi berbeda-beda dan solusinya :
1. Kehilangan orang tua, hubungan anak dengan orang tua merupakan suatu hubungan yang unik. Oleh sebab itu pasangan diharapkan bisa memahami makna kehilangan ini. Misal, dengan berusaha menggantikan posisinya demi mendukung pasangan, dengan selalu berada di dekatnya, menjadi pendengar yang baik, dan selalu siap membantunya.
2. Kehilangan anak, ketika bayi sudah lahir, lalu dalam beberapa waktu kemudian meninggal, pada umumnya ibu akan memiliki perasaan bersalah dan terus bertanya apa kesalahan yang telah diperbuatnya sehingga buah hatinya meninggalkannya untuk selamanya. Kemudian orang tua merasa sangat syok, mereka akan sangat menderita dan menjadi sulit untuk menerima keadaan. Bisa saja, yang satu jadi sangat sensitif dan lainnya jadi gampang marah. Akibatnya, hubungan suami-istri jadi memburuk. Sesungguhnya, keduanya harus berusaha keras untuk tidak mencoba mencari jawaban atau penyebab sehingga hal itu terjadi.
1. Siksaan
Penderitaan biasanya disebabkan oleh siksaan, Siksaan biasa dirasakan pada jiwa maupun raga. Masalah siksaan jiwa atau rohani (psikis) yang akan diuraikan dalam Ilmu Budaya Dasar, antara lain :
a. Kebimbangan
Kebimbangan pasti akan dialami ketika seseorang dihadapkan oleh dua pilihan yang penting dan rumit untuk mengambil suatu keputusan atau langkah terbaik.
Pada kasus banjir banyak warga mengalami kebimbangan. Saat banjir datang mereka harus menentukan satu keputusan, mengungsi atau tetap berada dirumah sambil menunggu air surut. Kebimbangan disebabkan kecemasan akan keamanan harta benda jika ditinggal mengungsi, karena daerah tersebut rawan tindak kriminal namun disisi lain jika tetap tinggal di rumah, mereka juga cemas jika banjir melanda rumah mereka berhari-hari dan ketersedian bahan makanan akan habis. Inilah contoh kebimbangan yang dialami pada saat banjir melanda suatu daerah. Keadaan ini berpengaruh tidak baik bagi orang yang lemah pikirannya, karena masalah kebimbangan akan lama dialami olehnya sehingga siksaan yang dirasakan olehnya pun menjadi berkepanjangan. Bagi orang yang kuat berfikir ia akan cepat mengambil keputusan dengan berdasarkan pertimbangan prioritas, prioritas pada kasus banjir di Jakarta dan sekitarnya adalah nyawa mereka dan anak-anak mereka bukan harta benda, karena harta benda dapat dicari / dibeli kembali tetapi nyawa mereka dan anak-anak mereka tak dapat kembali lagi.
b. Kesepian
Kesepian dialami seseorang berupa rasa sepi dalam dirinya atau jiwanya, hal ini akan terus ia rasakan walaupun ia dalam lingkungan orang ramai. Banyak orang di sekitarnya tetapi tetap merasa sepi. Pada kasus tsunami di Aceh pada Tanggal 26 Desember 2004, banyak orang Aceh yang mengalami kesepian, kesepian ini dikarenakan banyak orang-orang Aceh ditinggal mati keluarga dan orang yang mereka sayangi, mereka merasa kesepian bahkan sampai ada yang tak mau hidup lagi, karena mereka beranggapan hidup mereka tidak beguna lagi tanpa orang-orang yang mereka sayangi, hari-harinya mereka merasa kesepian walaupun ditengah orang yang ramai menghibur dirinya.
Seperti kebimbangan, kesepian perlu segera diatasi agar seseorang tidak terus menerus merasakan penderitaan batin. Solusinya adalah :
1. Berfikir positif, Yakinlah semua yang telah menimpah manusia adalah berasal dari ketentuan Allah, ingatlah Allah SWT tidak pernah memberikan ujian yang melebihi batas kemampuan manusia, berdoa dan kembali lebih mendekatkan diri kepada Allah akan membuat hati (batin) tidak kesepian, karena Allah akan selalu bersama manusia dikala senang / bahagia maupun dikala duka / menderita.
2. Sebagai homo socius, seseorang perlu kawan untuk menghilangkan rasa kesepian, orang itu perlu mencari kawan yang dapat diajak untuk berkomunikasi yang dapat mengerti dan peduli terhadap kesepian yang dialami kawan lainnya.
3. Mengisi waktu, untuk menghilangkan rasa kesepian, seseorang juga perlu mengisi waktunya dengan suatu kesibukan, khususnya yang bersifat fisik, sehingga rasa kesepian tidak lagi memperoleh tempat yang menyita waktu dalam dirinya.
c. Ketakutan
Ketakutan (phobia) adalah kecemasan yang luar biasa, terus menerus dan tidak realistis, sebagai respon terhadap keadaan eksternal tertentu. Phobia dapat menghambat kehidupan orang yang mengidapnya. Ada perbedaan “bahasa” antara pengamat phobia dengan seorang pengidap phobia. Pengamat phobia menggunakan bahasa logika sementara seorang pengidap phobia biasanya menggunakan bahasa rasa.
Dalam keadaan normal setiap orang memiliki kemampuan mengendalikan rasa takut. Akan tetapi bila seseorang terpapar terus menerus dengan subjek phobia, hal tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya fiksasi (suatu keadaan mental seseorang terkunci, karena pengidap tidak mampu mengendalikan perasaan takutnya). Seseorang yang pertumbuhan mentalnya mengalami fiksasi akan memiliki kesulitan emosi (mental blocks) dikemudian harinya karena tidak memiliki saluran pelepasan emosi (katarsis) yang tepat. Pola respon negatif tersebut dapat berkembang terhadap subjek-subjek phobia lainnya dan intensitasnya semakin meningkat. Walaupun terlihat sepele, “pola” respon tersebut akan dipakai terus menerus untuk merespon masalah lainnya. Itu sebabnya seseorang penderita phobia menjadi semakin rentan dan semakin tidak produktif.
Agoraphobia
Arti harfiah dari agoraphobia adalah takut akan keramaian atau tempat terbuka. Secara lebih khusus agoraphobia menunjukkan ketakutan akan terperangkap, tanpa cara yang mudah untuk terlepas bila kecemasan menyerang.
Keadaan-keadaan yang sulit bagi penderita agoraphobia adalah antri di bank atau pasar swalayan, duduk di tengah-tengah bioskop atau ruang kelas dan mengendarai bis atau pesawat terbang. Beberapa orang menderita agoraphobia setelah mengalami serangan panik pada salah satu keadaan tersebut, yang lainnya hanya merasakan tidak nyaman dan tidak pernah mengalami serangan panik. Agoraphobia sering mempengaruhi kegiatan sehari-hari, kadang sangat berat sehingga penderita hanya diam di dalam rumah.
Pengobatan terbaik untuk agoraphobia adalah terapi pemaparan, dengan bantuan seorang ahli, penderita mencari, mengendalikan dan tetap berhubungan dengan suatu hal yang ditakutinya sampai kecemasannya secara perlahan berkurang karena sudah terbiasa dengan keadaan tersebut (proses ini disebut habituasi). Psikoterapi dilakukan agar penderita lebih memahami pertentangan psikis yang melatarbelakangi terjadinya kecemasan.
Phobia Spesifik
Phobia Spesifik merupakan penyakit kecemasan yang paling sering terjadi.
beberapa phobia spesifik (misalnya takut hewan pengerat, serangga, badai, air, ketinggian, terbang atau tempat tertutup) mulai timbul pada masa kanak-kanak. Banyak phobia yang menghilang setelah penderita beranjak dewasa.
Phobia Sosial
Kemampuan seseorang untuk menjalin hubungan yang serasi dengan yang lainnya melibatkan berbagai aspek kehidupan, termasuk hubungan keluarga, pendidikan, pekerjaan, hobi, kencan dan perjodohan. Kecemasan tertentu dalam situasi sosial adalah normal, tetapi penderita phobia sosial merasakan kecemasan yang berlebihan sehingga mereka menghindari situasi sosial atau menghadapinya dengan penuh tekanan.
Keadaan-keadaan yang sering memicu terjadi kecemasan pada penderita phobia sosial adalah:
1. Berbicara di depan umum.
2. Tampil di depan umum (main drama atau main musik)
3. Makan di depan orang lain.
4. Menandatangani dokumen sebelum bersaksi.
5. Menggunakan kamar mandi umum.
Phobia sosial sering menetap jika tidak diobati, sehingga penderita menghindari aktivitas yang sesungguhnya ingin mereka ikuti. terapi pemaparan merupakan sejenis terapi perilaku yang efektif untuk mengatasi phobia sosial.
Psikoterapi dilakukan agar penderita lebih memahami pertentangan batin yang mungkin melatarbelakangi terjadinya phobia sosial.
Beberapa istilah sehubungan dengan phobia :
• Afrophobia : ketakutan akan orang Afrika atau budaya Afrika.
• Caucasophobia : ketakutan akan orang dari ras kaukasus.
• Hydrophobia : ketakutan akan air.
• Photophobia : ketakutan akan cahaya.
• Antlophobia : takut akan banjir.
• Cenophobia : takut akan ruangan yang kosong

Ilmu Budaya Dasar “Manusia dan Tanggung Jawab”


Pengertian Manusia dan Tanggung Jawab
          Tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatu, sehingga bertanggung jawab adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya. Tanggung jawab merupakan kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban.
Seorang presiden mempunyai kewajiban memimpin negara, Bila suatu negara yang dipimpinnya itu berhasil, maka presiden tersebut dapat dikategorikan telah bertanggung jawab terhadap negara yang dipimpinnya atas keberhasilan yang berhasil diraihnya.
Seseorang bertanggung jawab karena ada kesadaran/keinsafan atau pengertian atas segala perbuatan dan akibatnya dan atas kepentingan pihak lain. Timbulnya tanggung jawab karena manusia hidup bermasyarakat dan hidup dalam lingkungan alam. Manusia tidak boleh berbuat semena-mena terhadap manusia lain dan terhadap alam lingkungannya. Manusia menciptakan keseimbangan, keselarasan, antar sesama manusia serta antara manusia dengan lingkungan.
Tanggung jawab sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. Apabila ia tidak mau bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang memaksa tanggung jawab itu. Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi yang berbuat dan dari sisi kepentingan pihak lain. Dari sisi pelaku, ia harus menyadari akibat perbuatannya itu dengan demikian ia sendiri pula yang harus memulihkan ke dalam keadaan baik. Dari sisi pihak lain, apabila pelaku tidak mau bertanggung jawab, maka pihak lain yang akan memulihkan baik secara individual maupun dengan cara kemasyarakatan.
Tanggung jawab itu adalah kewajiban atau beban yang harus dipikul atau dipenuhi, sebagai akibat perbuatan pihak yang berbuat, atau sebagai akibat dari perbuatan pihak lain, atau sebagai pengabdian, pengorbanan pada pihak lain. Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya). Manusia merasa bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengabdian atau pengorbanannya. Untuk memperoleh atau meningkatkan kesadaran bertanggung jawab perlu ditempuh usaha melalui pendidikan, penyuluhan, keteladanan dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Ilmu Budaya Dasar “Manusia dan Harapan”

I. PENGERTIAN HARAPAN 

          Harapan berasal dari kata harap yaitu keinginan supaya sesuatu terjadi atau sesuatu terjadi atau suatu yang belum terwujud. Harapan dapat diartikan sebagai menginginkan sesuatu yang dipercayai dan dianggap benar dan jujur oleh setiap manusia dan agar harapan dapat tercapai diperlukan kepercayaan kepada diri sendiri, kepercayaan kepada orang lain dan tentunya kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Contoh: Darto seorang mahasiswa Universitas Gunadarma fakultas psikologi, ia belajar dengan rajin dengan harapan agar sewaktu ujian semester ia memperoleh nilai A.
          Menurut kodratnya dalam diri manusia terdapat dua dorongan, yaitu dorongan kodrat serta dorongan kebutuhan hidup. Menurut Abraham Maslow kebutuhan hidup manusia dibagi menjadi 5, yaitu;
1. Harapan untuk memperoleh kelangsungan hidup.
2. Harapan untuk memperoleh keamanan.
3. Hak untuk mencintai dan dicintai.
4. Harapan diterima lingkungan.
5. Harapan memperoleh perwujudan cita-cita


II. MANUSIA DAN HARAPAN

          Harapan itu bersifat manusiawi dan berhak dimiliki semua orang. Manusia tidak bisa terlepas dari harapan. Harapan adalah bagian hidup dari manusia. Manusia yang tidak memiliki harapan sama saja seperti orang yang mati. Harapan adalah awal menuju tujuan hidup manusia yang bermacam-macam.
           Jika manusia mengingat bahwa kehidupan tidak hanya di dunia saja namun di akhirat juga, maka sudah selayaknya “harapan” manusia untuk hidup berikutnya ditempat tersebut juga akan mendapatkan kebahagiaan. Dengan begitu manusia dapat menyelaraskan kehidupan antara dunia dan akhirat dan selalu berharap bahwa “hari esok lebih baik dari pada hari ini dan menjadikan masa lalu sebagai cermin untuk meraih masa depan yang lebih baik”, namun kita harus sadar bahwa harapan tidak selamanya menjadi kenyataan.

III. HARAPAN TERAKHIR

          Menurut Aristoteles, kehidupan ini berasal dari generatio spontanea, artinya kehidupan itu terjadi dengan sendirinya. Aristoteles pada zamannya belum sampai pada pemikiran bahwa segala sesuatu yang ada di bumi dan jagad raya ini berasal dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
          Manusia memiliki kebutuhan jasmani, diperoleh dengan mencukupi kebutuhan hidup yang bersifat kebendaan, sedangkan kebutuhan rohaninya dicukupi dengan hal-hal yang sifatnya rohani, khususnya keagamaan. Ada manusia yang dalam pandangan hidupnya hanya ingin memuaskan kehidupan duniawi sehingga manusia tersebut hanyalah memuaskan diri pada semua kenikmatan jasmaninya. Ada pula manusia yang pandangan hidupnya justru sebaliknya. Agama Islam mengajarkan manusia tidak hanya mengejar kebutuhan yang bersifat duniawi saja, tetapi juga bersifat ukhrowi (kehidupan akhirat).
          Semakin tinggi kesadaran kehidupan beragama seseorang, maka semakin yakinlah mereka, bahwa semua manusia akhirnya akan meninggal dan kembali kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Dunia yang serba gemerlap akan ditinggalkan dan akan hidup di dalam akhirat yang abadi.
          Bagi orang atheis dengan pandangan matrealistis, mereka tidak percaya akan adanya Tuhan. Bagi mereka mati bukan karena rohnya kembali kepada Tuhan, tetapi karena jantungnya berhenti berdenyut. Sebaliknya, bagi yang percaya pada Tuhan, meyakini bahwa seseorang yang meniggal akan kembali kepada asalnya, yaitu Tuhan.
           Dengan pengetahuan dan pengertian agama tentang kehidupan abadi setelah orang meninggal, manusia menjalankan ibadahnya. Ia menjalankan perintah Tuhan melalui agama, dan menjauhi larangan-Nya. Manusia menjalankan hal itu karena sadar sebagai makhluk kecil yang tidak akan berdaya terhadap kekuasaan Tuhan. Kehidupan dunia yang sifatnya sementara dikalahkan demi kehidupan abadi di akhirat karena tahu bagaimana beratnya siksaan di neraka dan bagaimana bahagianya di surga. Kebaikan di surga yang abadi inilah yang merupakan harapan terakhir manusia.

MAKALAH ILMU BUDAYA DASAR MANUSIA DAN HARAPAN

MAKALAH
ILMU BUDAYA DASAR
MANUSIA DAN HARAPAN


Disusun oleh :

1. Amelta Eka Putra 10510611
2. Dicky Wibawa 11510997
3. Heriyanto Saripudin 13510300
4. M. Harun Al-Rasyid 14510154
5. Shubhi Najahi 16510532





FAKULTAS PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA


KATA PENGANTAR
     Segala puji bagi Allah SWT pencipta alam semesta yang menjadikan bumi dan isinya dengan begitu sempurna. Tuhan yang menjadikan setiap apa yang ada dibumi sebagai penjelajahan bagi kaum yang berfikir. Tidak lupa sholawat serta salam kami curahkan kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan umatnya hingga akhir zaman. Dan sungguh berkat limpahan rahmat -Nya tim penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini demi memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar.
Penyusunan makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu tim penulis mengucapkan banyak terimakasih.
     Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, sehingga dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi lebih baiknya kinerja kami yang akan mendatang.
     Semoga makalah ini dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan informasi yang bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, 19 Oktober 2010

Tim Penyusun


I. PENGERTIAN HARAPAN
     Harapan berasal dari kata harap yaitu keinginan supaya sesuatu terjadi atau sesuatu terjadi atau suatu yang belum terwujud. Harapan dapat diartikan sebagai menginginkan sesuatu yang dipercayai dan dianggap benar dan jujur oleh setiap manusia dan agar harapan dapat tercapai diperlukan kepercayaan kepada diri sendiri, kepercayaan kepada orang lain dan tentunya kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Contoh: Darto seorang mahasiswa Universitas Gunadarma fakultas psikologi, ia belajar dengan rajin dengan harapan agar sewaktu ujian semester ia memperoleh nilai A.
     Menurut kodratnya dalam diri manusia terdapat dua dorongan, yaitu dorongan kodrat serta dorongan kebutuhan hidup. Menurut Abraham Maslow kebutuhan hidup manusia dibagi menjadi 5, yaitu;
1. Harapan untuk memperoleh kelangsungan hidup
2. Harapan untuk memperoleh keamanan
3. Hak untuk mencintai dan dicintai
4. Harapan diterima lingkungan
5. Harapan memperoleh perwujudan cita-cita
Dalam mencukupi kebutuhan kodrat maupun kebutuhan, manusia membutuhkan orang lain.



II. HARAPAN SEBAGAI FENOMENA NASIONAL
     Artinya harapan adalah sesuatu yang wajar berkembang dalam diri manusia dimanapun berada. Mengutip pandangan dan teori A.F.C. Wallace dalam bukunya culture and personality, menegaskan bahwa kebutuhan merupakan salah satu isi pokok dari unsur kepribadian yang merupakan sasaran dari kehendak, harapan, keinginan, serta emosi seseorang. Kebutuhan individu dapat dapat dijabarkan lebih lanjut menjadi:
          a) Kebutuhan Organik Individu :
              1. Kebutuhan individu bernilai positif.
              2. Kebutuhan individu bernilai negatif.
          b) Kebutuhan psikologi individu :
              1. Kebutuhan psikologi indifidu bersifat positif.


III. KEPERCAYAAN
     Kepercayaan berasal dari kata percaya,artinya mengakui atau meyakini akan sesuatu hal yang benar. Kepercayaan adalah suatu hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran.
     Menurut pandangan bidang logika kebenaran memiliki pengertian yang tidak jauh berbeda yaitu menyesuaikan kesamaan pemahaman antara keputusan dengan objek yang diketahui benar-benar terbukti (kebenaran logis). Kebenaran logis disebut juga kebenaran objektif dan kebenaran etis juga disebut kebenaran subjektif. Jika tidak ada kesamaan pemahaman antara keputusan dan objeknya yang diketahui, maka terdapat dua kemungkinan, yaitu:
     a. Orang yang mengutarakan putusan keliru.
     b. Orang yang mengutarakan putusan sengaja mengutarakan tidak sesuai dengan realita yang diketahuinya.
Dasar kepercayaan ialah kebenaran dan sumber kebenaran adalah manusia, oleh karena itu keepercayaan terdiri atas:
a. Kepercayaan pada diri sendiri, yaitu kepercayaan yang harus ditanamkan pada setiap pribadi manusia. hakekatnya kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Kepercayaan pada orang lain, yaitu percaya pada kata hatinya yang berbentuk pada perbuatan kebenaran kepada orang lain. Misalnya pada saudara, teman, orang tua atau siapa saja.
c. Kepercayaan pada pemerintah, Menurut buku etika, Filsafat Tingkah karya Prof. I.R. poedjawiyatnya. Negara itu berasal dari Tuhan. Setidaknya kedaulatan tertinggi ada pada Tuhan. Namaun pada pandsangan demokratis mengatakan bahawa kedaulatan adalah milik rakyat. Dan penjelmaan rakyat adalah negar melelui pemerintahan khusus.
d. Kepercayaan kepada Tuhan, yaitu meyakini bahwa manusia diciptakan oleh tuhan dan manusia harus bertakwa pada tuhannya. Salah satu cara bertakwa adalah mengukuhkan imannya bahwa tuhan merupakan zat yang merupakan kebenaran mutlak


IV. MANUSIA DAN HARAPAN
     Harapan itu bersifat manusiawi dan berhak dimiliki semua orang. Manusia tidak bisa terlepas dari harapan. Harapan adalah bagian hidup dari manusia. Manusia yang tidak memiliki harapan sama saja seperti orang yang mati. Harapan adalah awal menuju tujuan hidup manusia yang bermacam-macam.
     Jika manusia mengingat bahwa kehidupan tidak hanya di dunia saja namun di akhirat juga, maka sudah selayaknya “harapan” manusia untuk hidup berikutnya ditempat tersebut juga akan mendapatkan kebahagiaan. Dengan begitu manusia dapat menyelaraskan kehidupan antara dunia dan akhirat dan selalu berharap bahwa “hari esok lebih baik dari pada hari ini dan menjadikan masa lalu sebagai cermin untuk meraih masa depan yang lebih baik”, namun kita harus sadar bahwa harapan tidak selamanya menjadi kenyataan.


V. HARAPAN TERAKHIR
      Menurut Aristoteles, kehidupan ini berasal dari generatio spontanea, artinya kehidupan itu terjadi dengan sendirinya. Aristoteles pada zamannya belum sampai pada pemikiran bahwa segala sesuatu yang ada di bumi dan jagad raya ini berasal dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
     Manusia memiliki kebutuhan jasmani, diperoleh dengan mencukupi kebutuhan hidup yang bersifat kebendaan, sedangkan kebutuhan rohaninya dicukupi dengan hal-hal yang sifatnya rohani, khususnya keagamaan. Ada manusia yang dalam pandangan hidupnya hanya ingin memuaskan kehidupan duniawi sehingga manusia tersebut hanyalah memuaskan diri pada semua kenikmatan jasmaninya. Ada pula manusia yang pandangan hidupnya justru sebaliknya. Agama Islam mengajarkan manusia tidak hanya mengejar kebutuhan yang bersifat duniawi saja, tetapi juga bersifat ukhrowi (kehidupan akhirat).
      Semakin tinggi kesadaran kehidupan beragama seseorang, maka semakin yakinlah mereka, bahwa semua manusia akhirnya akan meninggal dan kembali kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Dunia yang serba gemerlap akan ditinggalkan dan akan hidup di dalam akhirat yang abadi.
      Bagi orang atheis dengan pandangan matrealistis, mereka tidak percaya akan adanya Tuhan. Bagi mereka mati bukan karena rohnya kembali kepada Tuhan, tetapi karena jantungnya berhenti berdenyut. Sebaliknya, bagi yang percaya pada Tuhan, meyakini bahwa seseorang yang meniggal akan kembali kepada asalnya, yaitu Tuhan.
      Dengan pengetahuan dan pengertian agama tentang kehidupan abadi setelah orang meninggal, manusia menjalankan ibadahnya. Ia menjalankan perintah Tuhan melalui agama, dan menjauhi larangan-Nya. Manusia menjalankan hal itu karena sadar sebagai makhluk kecil yang tidak akan berdaya terhadap kekuasaan Tuhan. Kehidupan dunia yang sifatnya sementara dikalahkan demi kehidupan abadi di akhirat karena tahu bagaimana beratnya siksaan di neraka dan bagaimana bahagianya di surga. Kebaikan di surga yang abadi inilah yang merupakan harapan terkhir manusia

“Manusia dan Cinta Kasih”

Pengertian Manusia dan Cinta

“Cinta lebih berarah ke konsep abstrak,
lebih mudah dialami daripada dijelaskan”.
(Ibnul Qoyyim )

“Cinta” sebuah nama yang sering dibicarakan orang, dari yang muda sampai yang tua. Banyak manusia yang mengatas namakan cinta untuk setiap prilakunya. Tetapi mereka semua belum tentu mengerti makna di balik sebuah kata ”cinta”.
“Cinta” memang sebuah nama yang sangat simple dan mudah untuk diucapkan. Sungguhnya cinta bagai sebuah fenomena yang luar biasa. Membuat yang sedih menjadi ceria, jahat menjadi baik, peperangan menjadi perdamaian, kebencian menjadi persaudaraan, pahit menjadi manis, luka menjadi sembuh, sakit menjadi sehat, lemah menjadi kuat. Semua itu atas nama cinta. Namun, ketika kata “Cinta” disalahgunakan maka kejadiannya pun akan berbanding terbalik.
“Cinta” juga bisa berasal dari obsesi untuk mendapatkan sesuatu. Tapi itu bukan cinta, ia hanyalah alat untuk mendapatkan objek itu. Kata ”Cinta” mempunyai makna yang universal (bebas dan luas). Setiap insan mempunyai tanggapan sendiri tentang arti cinta. Dan setiap insan juga punya cara sendiri untuk mencintai.
Cinta adalah sebuah ungkapan rasa sayang dan simpati kita kepada seseorang. Kata cinta juga diberikan dari kita kepada Sang Pencipta, sebagai tanda kalau kita amat membutuhkan dan menyanjungnya. Rasa cinta yang kita berikan menunjukkan bahwasanya kita sangat menyukainya dan ingin bersamanya. Kecemburuan sering terjadi jika seseorang yang kita cintai sedang bersama orang lain. Itulah cinta, satu nama seribu makna.
Cinta adalah sebuah perasaan yang ingin membagi bersama atau sebuah perasaan afeksi terhadap seseorang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.
Hakikat cinta kasih merupakan suatu istilah yang sulit untuk diterangkan secara jelas, dan juga diungkapkan dan diingkari bahwa cinta, adalah salah satu kebutuhan hidup manusia yang sangat fundamental. Tidak pernah selintaspun orang berpikir bahwa itu tidak penting, yang ada hanya kehausan akan cinta. Meskipun demikian hampir setiap orang tidak pernah berfikir tentang apa dan bagaimana cinta itu, padahal berfikir tentang cinta, menurut Frich Fromm diibaratkan sebagai suatu seni, yang sebagaimana bentuk seni yang lainnya sangat memerlukan pengetahuan dan latihan untuk biasa menggapainya.
Cinta kasih bersumber pada ungkapan perasaan yang didukung oleh karsa, yang dapat berupa tingkah laku dan pertimbangan dengan akal yang merupakan tanggung jawab. Tanggung jawab artinya akibat yang baik, positif, berguna, saling menguntungkan, menciptakan keserasian, keseimbangan, dan kebahagiaan antara sesama manusia dan Tuhan. Dalam cinta kasih tersimpul pula rasa kasih sayang, dan kemesraan, belas kasih dan pengabdian, yang dapat diuraikan dalam berbagai bentuk sebagai berikut :
1. Cinta diri merupakan erat hubunganya dengan menjaga diri, yang segala sesuatunya untuk manfaat dan kegunaan bagi diri sendiri.
2. Cinta sesama manusia merupakan tindakan yang ikhlas dari hati nurani untuk membantu dan menyayangi, karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.
3. Cinta kepada Tuhan, adalah cinta yang ikhlas seorang manusia atau hamba kepada Tuhannya merupakan pendorong dan mengarahkannya kepada penundukan semua bentuk kecintaan lainnya.
4. Kasih sayang.

Cinta Kasih Kepada Sesama Manusia
“kita bisa hidup tanpa agama,
tapi kita tidak bisa bertahan lama tanpa cinta”
(Dalai Lama)

Cinta kepada sesama adalah perasaan simpati yang melibatkan emosi yang mendalam. Menurut Erich Fromm, ada empat syarat untuk mewujudkan cinta kasih, yaitu:
1. Knowledge (pengenalan)
2. Responsibilty (tanggung jawab)
3. Care (perhatian)
4. Respect (saling menghormati)
Para pakar membedakan cinta terhadap sesama manusia dan yang terkait:
1. Cinta terhadap keluarga
2. Cinta terhadap teman-teman, atau philia
3. Cinta yang romantis atau juga disebut asmara
4. Cinta yang hanya merupakan hawa nafsu atau cinta eros
5. Cinta sesama atau juga disebut kasih sayang atau agape
6. Cinta dirinya sendiri, yang disebut narsisme
7. Cinta akan sebuah konsep tertentu
8. Cinta akan negaranya atau patriotisme
9. Cinta akan bangsa atau nasionalisme
Cinta antar pribadi manusia merujuk kepada cinta antara manusia mempunyai beberapa unsur yang sering ada di dalam cinta antar pribadi tersebut, yaitu:
Afeksi : menghargai orang lain
Ikatan : memuaskan kebutuhan emosi dasar
Altruisme : perhatian non-egois kepada orang lain
Reciprocation : cinta yang saling menguntungkan
Commitment : keinginan untuk mengabadikan cinta
Keintiman emosional : berbagia emosi dan rasa
Kinship : ikatan keluarga
Passion : nafsu seksual
Physical intimacy : berbagi kehidupan erat satu sama lain

Manusia dan Kebudayaan (Ilmu Budaya Dasar)

Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan melestarikannya secara turun menurun. Budaya tercipta dari kegiatan sehari hari dan juga dari kejadian – kejadian yang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.


1. Hakekat Manusia

a). Makhluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh.
Tubuh adalah materi yang dapat dilihat, diraba, dirasa, wujudnya konkret tapi tidak abadi. Jiwa terdapat di dalam tubuh, tidak dapat dilihat dan diraba, sifatnya abstrak, tapi abadi. Jiwa adalah roh yang ada di dalam tubuh manusia.sebagai penggerak dan sumber kehidupan.
b). Makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, jika dibandingkan dengan makhluk lainnya.
Kesempurnaan terletak pada adab dan budayanya, karena manusia dilengkapi oleh penciptanya dengan akal, perasaan, dan kehendak yang terdapat di dalam jiwa manusia. Dengan akal (ratio) manusia mampu menciptakan IPTEK. Selanjutnya, dengan adanya perasaan, manusia mampu menciptakan kesenian. Daya rasa (perasaan) dalam diri manusia ada 2 macam, yaitu perasaan inderawi (rangasangan jasmani melalui pancaindera, tingkatnya rendah dan terdapat pada manusia atau binatang) dan perasaan rohani (perasaan luhur yang hanya terdapat pada manusia), misalnya :
  1. Perasaan intelektual, yaitu perasaan yang berkenaan dengan pengetahuan.
  2. Perasaan estetis, yaitu perasaan yang berkenaan dengan keindahan.
  3. Perasaan etis, yaitu perasaan yang berjenaan denagn kebaikan.
  4. Perasaan diri, yaitu perasaan yang berkenaan dengan harga diri karena ada kelebihan dari yang lain.
  5. Perasaan social, yaitu perasaan yang berkenaan dengan kelompok atau korp atau hidup bermasyarakat, ikut merasakan kehidupan orang lain.
  6. Perasaan religious, yaitu perasaan yang berkenaan denang agama/kepercayaan.
c). Makhluk biokultural, yaitu makhluk hayati yang budayawi.
Manusia sebagai makhluk hayati, manusia dapat dipelajari dari segi-segi anatomi, fisiologi/faal, biokimia, psikobiologi, patologi, genetika, dsb. Sebagai makhluk budayawi, manusia dapat dipelajari dari segi-segi : kemasyarkatan, kekerabatan, psikologi social, kesenian, ekonomi, dsb.
d). Makhluk ciptaan Tuhan yang terikat dengan linkungan (ekologi), mempunyai kualitas dan martabat karena kemampuan bekerja dan berkarya.
Soren Kienkegaard seorang filsuf Denmark pelopor ajaran “eksistensialisme” memandang manusia  dalam satu konteks kehidupan konkret adalah makhluk alamiah yang terikat dengan lingkungannya (ekologi) memiliki sifat-sifat alamiah dan tunduk pada hukum  alamiah pula.
Hidup manusia mempunyai 3 taraf, yaitu estetis, etis dan religious. Dengan kehidupan estetis, manusia mampu menangkap dunia sekitarnya sebagai dunia yang mengagumkan dan mengungkapkan kembali (karya) dalam lukisan, tarian, nyanyian yang indah. Dengan etis, manusia meningkatkan kehidupan estetis ke dalam tingkatan manusiawi dalam bentuk-bentuk keputusan bebas dan dipertanggungjawabkan. Dengan kehidupan religius, manusia menghayati pertemuannya dengan Tuhan.


2. Definisi Kebudayaan

Kebudayaan berasal dari kata budaya yang berarti hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Definisi Kebudayaan itu sendiri adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Namun kebudayaan juga dapat kita nikmati dengan panca indera kita. Lagu, tari, dan bahasa merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang dapat kita rasakan.
Dari sisi lain, hubungan antara manusia dengan kebudayaan ini dapat dipandang setara dengan hubungan antara manusia dengan masyarakat dinyatakan sebagai dialektis, maksudnya saling terkait satu sama lain. Proses dialektis ini tercipta melalui 3 tahap yaitu :
  1. Eksternalisasi           : proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya.
  2. Obyektivasi               : proses dimana masyarakat menjadi realitas obyektif.
  3. Internalisasi              : proses dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia.
Pada kondisi sekarang ini kita tidak dapat lagi membedakan mana yang lebih awal muncul, manusia/kebudayaan. Analisa terhadap keberadaan keduanya harus menyertakan pembatasan masalah dan waktu agar penganalisaan dapat dilakukan dengan lebih cermat.

Ruang Lingkup Ilmu Budaya Dasar.

Bertitik tolak dari kerangka tujuan yang telah ditetapkan, dua masalah pokok bisa dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan ruang lingkup kajian mata kuliah IBD. Kedua masalah pokok itu adalah :

1.Berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah kemanusiaan dan budaya yang dapat didekati dengan menggunakan pengetahuan budaya (the humanities), baik dari segi masing-masing keahlian (disiplin) didalam pengetahuan budaya, maupun secara gabungan (antar bidang) berbagai disiplin dalam pengetahuan budaya.
2.Hakekat manusia yang satu atau universal, akan tetapi yang beraneka ragam perwujudannya dalam kebudayaan masing-masing jaman dan tempat.
Menilik kedua pokok masalah yang bisa dikaji dalam mata kuliah IBD, nampak dengan jelas bahwa manusia menempati posisi sentral dalam pengkajian. Manusia tidak hanya sebagai obyek pengkajian. Bagaimana hubungan manusia dengan alam, dengan sesame, dirinya sendiri, nilai-nilai manusia dan bagaimana pula hubungan dengan sang pencipta menjadi tema sentral dalam IBD. Pokok-pokok bahasan yang dikembangkan adalah;
1.Manusia dan Cinta kasih
2.Manusia dan Keindahan
3.Manusia dan Penderitaan
4.Manusia dan Keadilan
5.Manusia dan Pandangan hidup
6.Manusia dan Tanggungjawab serta pengabdian
7.Manusia dan Kegelisahan
8.Manusia dan Harapan

Tujuan Ilmu Budaya Dasar.

Penyajian mata kuliah ilmu budaya dasar tidak lain merupakan usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Dengan demikian mata kuliah ini tidak dimaksudkan untuk mendidik ahli-ahli dalam salah satu bidang keahlian yang termasuk didalam pengetahuan budaya (the humanities) akan tetapi IBD semata-mata sebagai salah satu usaha untuk mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan kritikalnya terhadap nilai-nlai budaya, baik yang menyangkut orang lain dan alam sekitarnya, maupun yang menyangkut dirinya sendiri. Untuk bisa menjangkau tujuan tersebut IBD diharapkan dapat :

1. Mengusahakan kepekaan mahasiswa terhadap lingkungan budaya, sehingga mereka lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, terutama untuk kepentingan profesi mereka.
2 Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk memperluas pandangan mereka tentang masalah kemansiaan dan budaya serta mengembangkan daya kritis mereka terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut kedua hal tersebut.
3. Mengusahakan agar mahasiswa, sebagai calon pemimpin bagnsa dan Negara serta ahli dalam bidang disiplin masing-masing tidak jatuh ke dalam sifat-sifat kedaerahan dan pengkotakan disiplin yang ketat.
4. Mengusahakan wahana komunikasi para akademisi agar mereka lebih mampu berdialog satu sama lain. Dengan memiliki satu bekal yang sama, para akademisi diharapkan akan lebih lancer dalam berkomunikasi.


Pengertian Ilmu Budaya Dasar

Secara sederhana IBD adalah pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Istilah IBD dikembangkan petama kali di Indonesia sebagai pengganti istilah basic humanitiesm yang berasal dari istilah bahasa Inggris “the Humanities”. Adapun istilah humanities itu sendiri berasal dari bahasa latin humnus yang artinya manusia, berbudaya dan halus. Dengan mempelajari the humanities diandaikan seseorang akan bisa menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa the humanities berkaitan dengan nilai-nilai manusia sebagai homo humanus atau manusia berbudaya. Agar manusia menjadi humanus, mereka harus mempelajari ilmu yaitu the humanities disamping tidak meninggalkan tanggungjawabnya yang lain sebagai manusia itu sendiri.

Untuk mengetahui bahwa ilmu budaya dasar termasuk kelompok pengetahuan budaya lebih dahulu perlu diketahui pengelompokan ilmu pengetahuan. Ilmu dan pengetahuan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar yaitu :

1.Ilmu-ilmu Alamiah ( natural science ). Ilmu-ilmu alamiah bertujuan mengetahui keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam alam semesta. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode ilmiah. Caranya ialah dengan menentukan hukum yang berlaku mengenai keteraturan-keteraturan itu, lalu dibuat analisis untuk menentukan suatu kualitas. Hasil analisis ini kemudian digeneralisasikan. Atas dasar ini lalu dibuat prediksi.
2.Ilmu-ilmu Sosial ( social science ). Ilmu-ilmu sosial bertujuan untuk mengkaji keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam hubungan antara manusia. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode ilmiah sebagai pinjaman dari ilmu-ilmu alamiah. Tapi hasil penelitiannya tidak 100 5 benar, hanya mendekati kebenaran. Sebabnya ialah keteraturan dalam hubungan antara manusia ini tidak dapat berubah dari saat ke saat.
3.Pengetahuan Budaya ( the humanities ) bertujuan untuk memahami dan mencari arti kenyataan-kenyataan yang bersifat manusiawi. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode pengungkapan peristiwa-peristiwa dan kenyataan-kenyataan yang bersifat unik, kemudian diberi arti.

Pengetahuan budaya (the humanities) dibatasi sebagai pengetahuan yang mencakup keahlian (disilpin) seni dan filsafat. Keahlian inipun dapat dibagi-bagi lagi ke dalam berbagai hiding keahlian lain, seperti seni tari, seni rupa, seni musik,dll. Sedangkan ilmu budaya dasar (Basic Humanities) adalah usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Dengan perkataan lain IBD menggunakan pengertian-pengertian yang berasal dari berbagai bidang pengetahuan budaya untuk mengembangkan wawasan pemikiran serta kepekaan mahasiswa dalam mengkaji masalah masalah manusia dan kebudayaan.

Ilmu budaya dasar berbeda dengan pengetahuan budaya. Ilmu budaya dasar dalam bahasa Ingngris disebut basic humanities. Pengetahuan budaya dalam bahas inggris disebut dengan istilah the humanities. Pengetahuan budaya mengkaji masalah nilai-nilai manusia sebagai mahluk berbudaya (homo humanus). Sedangkan ilmu budaya dasar bukan ilmu tentang budaya, melainkan mengenai pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan budaya.