Ilmu Budaya Dasar “Manusia dan Pandangan Hidup”


A. Cita- cita
Cita-cita sering diartikan sebagai angan-angan, keinginan, kemauan, niat, atau harapan. Cita-cita itu sangat penting bagi manusia, karena adanya cita-cita menandakan kedinamikaan manusia. Maka dari itu sejak bayi lahir atau bahkan sejak dalam kandungan orang tua telah mencita-citakan agar anaknya kelak menjadi insan yang baik, sudah tentu sesuai dengan keinginan orang tuanya. Kalau masalah terwujud tidaknya itu tergantung pada kepada perkembangan lingkungannya karena itu wajarlah apabila cita-cita merupakan bagian hidup manusia. Sudah tentu kadar atau tingkatan cita-cita itu berbeda-beda tergantung pada pendidikan, pergaulan, dan lingkungan masing-masing.
Pada dasarnya cita-cita adalah perasaan hati yang merupakan suatu keinginan yang ada dalam hati. Ada tiga kategori keadaan hati seseorang, keras, lunak, dan lemah. Orang yang berhati keras, tidak berhenti berusaha sebelum cita citanya tercapai. Ia tidak menghiraukan rintangan , tantangan dan segala kesulitan yang dihadapinya. Berbeda dengan orang yang berhati lunak dalam mencapai cita-citanya menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi. Namun ia tetap berusaha mencapai cita- citanya. Berbeda lagi dengan orang yang punya hati lemah, ia cenderung lebih terpengaruh oleh situasi dan kondisi. Bila menghadapi kesulitan cepat-cepat ia berganti haluan, berganti keinginan.
B. Kebajikan
Kebajikan pada hakikatnya adalah perbuatan yang sesuai dengan norma-norma agama  atau etika. Untuk melihat kebajikan kita harus melihat dari tiga sisi, yaitu manusia sebagai pribadi, manusia sebagia anggota masyarakat, dan manusia sebagai mahkluk Tuhan.
Manusia sebagai pribadi dapat menentukan baik buruk melalui suara hati yang merupakan sebagai hakim terhadap diri sendiri. Manusia sebagai anggota masyarakat, sudah tentu manusia tidak dapat membebaskan diri dari kemasyarakatannya.demikian pula suara hati masyarakat juga yang menentukan baik buruknya. Manusia sebagai mahkluk Tuhan, manusia pun harus mendengar suara hati Tuhan, Tuhan selalu membisikan agar manusia berbuat baik dan mengelak agar tidak berbuat buruk.
Kebajikan adalah perbuatan yang selaras dengan suara hati kita, suara hati masyarakat, dan firman Tuhan, kita cenderung mengartikan kebajikan sebagai perbuatan yang selalu baik, akan tetapi ada pula yang namanya kebajikan semu, yaitu kejahatan yang terselubung kebaikan. Kebajikan semu sangat berbahaya, karena pelakunya orang munafik, yang bermaksud mencari keuntungan diri sendiri.
C. Sikap Hidup
Sikap hidup ialah keadaan hati dalam menghadapi hidup ini. Sikap itu ada dalam hati kita masing-masing dan hanya kita lah yang tahu. Sikap itu penting bagi manusia, sikap setiap orang berbeda sikapnya. Sikap dapat dibentuk sesuai dengan kemauan yang membentuknya. Akan tetapi sikap juga dapat berubah karena situasi , kondisi, dan lingkungannya.
Dalam berbagai kepustakaan, yang menelaah sikap manusia, ada semacam kesepakatan bahwa sikap merupakan produk dari proses sosialisasi seseorang, berarti sikap seseorang terhadap obyek tertentu pada dasarnya merupakan hasil penyesuaian diri seseorang terhadap obyek yang bersangkutan dengan dipengaruhi oleh lingkungan sosial serta kesediaan untuk bereaksi terhadap obyek tersebut.
Sikap manusia bukanlah suatu konstruksi yang berdiri sendiri, akan tetapi paling tidak mempunyai hubungan yang sangat erat dengan struktur yang lain, seperti dorongan, motivasi, bahkan dengan nilai-nilai tertentu. Selain itu, kita pun cenderung sadar bahwa hidup kita pun akan berhasil sejauh kita berhasil menyesuaikan diri dengan realitas itu. Memang kriteria keberhasilannya lebih mengacu pada satu keadaan psikologi , yaitu diperoleh dari ketentraman batin yang tenang, namun dari sini timbul kesadaran baru bahwa untuk sampai pada keadaan semacam itu kita perlu memiliki satu sikap batin yang tepat.

0 komentar:

Posting Komentar