Ilmu Budaya Dasar “Manusia dan Penderitaan”

Pengertian Manusia dan Penderitaan
Penderitaan berasal dari kata derita, derita berasal dari bahasa sansekerta, dhra yang berarti menahan atau menanggung (merasakan) sesuatu yang tidak menyenangkan. Setiap kesedihan cenderung membawa tantangan tersendiri untuk dihadapi. Di bawah ini beberapa contoh musibah atau kesedihan yang dapat melahirkan reaksi berbeda-beda dan solusinya :
1. Kehilangan orang tua, hubungan anak dengan orang tua merupakan suatu hubungan yang unik. Oleh sebab itu pasangan diharapkan bisa memahami makna kehilangan ini. Misal, dengan berusaha menggantikan posisinya demi mendukung pasangan, dengan selalu berada di dekatnya, menjadi pendengar yang baik, dan selalu siap membantunya.
2. Kehilangan anak, ketika bayi sudah lahir, lalu dalam beberapa waktu kemudian meninggal, pada umumnya ibu akan memiliki perasaan bersalah dan terus bertanya apa kesalahan yang telah diperbuatnya sehingga buah hatinya meninggalkannya untuk selamanya. Kemudian orang tua merasa sangat syok, mereka akan sangat menderita dan menjadi sulit untuk menerima keadaan. Bisa saja, yang satu jadi sangat sensitif dan lainnya jadi gampang marah. Akibatnya, hubungan suami-istri jadi memburuk. Sesungguhnya, keduanya harus berusaha keras untuk tidak mencoba mencari jawaban atau penyebab sehingga hal itu terjadi.
1. Siksaan
Penderitaan biasanya disebabkan oleh siksaan, Siksaan biasa dirasakan pada jiwa maupun raga. Masalah siksaan jiwa atau rohani (psikis) yang akan diuraikan dalam Ilmu Budaya Dasar, antara lain :
a. Kebimbangan
Kebimbangan pasti akan dialami ketika seseorang dihadapkan oleh dua pilihan yang penting dan rumit untuk mengambil suatu keputusan atau langkah terbaik.
Pada kasus banjir banyak warga mengalami kebimbangan. Saat banjir datang mereka harus menentukan satu keputusan, mengungsi atau tetap berada dirumah sambil menunggu air surut. Kebimbangan disebabkan kecemasan akan keamanan harta benda jika ditinggal mengungsi, karena daerah tersebut rawan tindak kriminal namun disisi lain jika tetap tinggal di rumah, mereka juga cemas jika banjir melanda rumah mereka berhari-hari dan ketersedian bahan makanan akan habis. Inilah contoh kebimbangan yang dialami pada saat banjir melanda suatu daerah. Keadaan ini berpengaruh tidak baik bagi orang yang lemah pikirannya, karena masalah kebimbangan akan lama dialami olehnya sehingga siksaan yang dirasakan olehnya pun menjadi berkepanjangan. Bagi orang yang kuat berfikir ia akan cepat mengambil keputusan dengan berdasarkan pertimbangan prioritas, prioritas pada kasus banjir di Jakarta dan sekitarnya adalah nyawa mereka dan anak-anak mereka bukan harta benda, karena harta benda dapat dicari / dibeli kembali tetapi nyawa mereka dan anak-anak mereka tak dapat kembali lagi.
b. Kesepian
Kesepian dialami seseorang berupa rasa sepi dalam dirinya atau jiwanya, hal ini akan terus ia rasakan walaupun ia dalam lingkungan orang ramai. Banyak orang di sekitarnya tetapi tetap merasa sepi. Pada kasus tsunami di Aceh pada Tanggal 26 Desember 2004, banyak orang Aceh yang mengalami kesepian, kesepian ini dikarenakan banyak orang-orang Aceh ditinggal mati keluarga dan orang yang mereka sayangi, mereka merasa kesepian bahkan sampai ada yang tak mau hidup lagi, karena mereka beranggapan hidup mereka tidak beguna lagi tanpa orang-orang yang mereka sayangi, hari-harinya mereka merasa kesepian walaupun ditengah orang yang ramai menghibur dirinya.
Seperti kebimbangan, kesepian perlu segera diatasi agar seseorang tidak terus menerus merasakan penderitaan batin. Solusinya adalah :
1. Berfikir positif, Yakinlah semua yang telah menimpah manusia adalah berasal dari ketentuan Allah, ingatlah Allah SWT tidak pernah memberikan ujian yang melebihi batas kemampuan manusia, berdoa dan kembali lebih mendekatkan diri kepada Allah akan membuat hati (batin) tidak kesepian, karena Allah akan selalu bersama manusia dikala senang / bahagia maupun dikala duka / menderita.
2. Sebagai homo socius, seseorang perlu kawan untuk menghilangkan rasa kesepian, orang itu perlu mencari kawan yang dapat diajak untuk berkomunikasi yang dapat mengerti dan peduli terhadap kesepian yang dialami kawan lainnya.
3. Mengisi waktu, untuk menghilangkan rasa kesepian, seseorang juga perlu mengisi waktunya dengan suatu kesibukan, khususnya yang bersifat fisik, sehingga rasa kesepian tidak lagi memperoleh tempat yang menyita waktu dalam dirinya.
c. Ketakutan
Ketakutan (phobia) adalah kecemasan yang luar biasa, terus menerus dan tidak realistis, sebagai respon terhadap keadaan eksternal tertentu. Phobia dapat menghambat kehidupan orang yang mengidapnya. Ada perbedaan “bahasa” antara pengamat phobia dengan seorang pengidap phobia. Pengamat phobia menggunakan bahasa logika sementara seorang pengidap phobia biasanya menggunakan bahasa rasa.
Dalam keadaan normal setiap orang memiliki kemampuan mengendalikan rasa takut. Akan tetapi bila seseorang terpapar terus menerus dengan subjek phobia, hal tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya fiksasi (suatu keadaan mental seseorang terkunci, karena pengidap tidak mampu mengendalikan perasaan takutnya). Seseorang yang pertumbuhan mentalnya mengalami fiksasi akan memiliki kesulitan emosi (mental blocks) dikemudian harinya karena tidak memiliki saluran pelepasan emosi (katarsis) yang tepat. Pola respon negatif tersebut dapat berkembang terhadap subjek-subjek phobia lainnya dan intensitasnya semakin meningkat. Walaupun terlihat sepele, “pola” respon tersebut akan dipakai terus menerus untuk merespon masalah lainnya. Itu sebabnya seseorang penderita phobia menjadi semakin rentan dan semakin tidak produktif.
Agoraphobia
Arti harfiah dari agoraphobia adalah takut akan keramaian atau tempat terbuka. Secara lebih khusus agoraphobia menunjukkan ketakutan akan terperangkap, tanpa cara yang mudah untuk terlepas bila kecemasan menyerang.
Keadaan-keadaan yang sulit bagi penderita agoraphobia adalah antri di bank atau pasar swalayan, duduk di tengah-tengah bioskop atau ruang kelas dan mengendarai bis atau pesawat terbang. Beberapa orang menderita agoraphobia setelah mengalami serangan panik pada salah satu keadaan tersebut, yang lainnya hanya merasakan tidak nyaman dan tidak pernah mengalami serangan panik. Agoraphobia sering mempengaruhi kegiatan sehari-hari, kadang sangat berat sehingga penderita hanya diam di dalam rumah.
Pengobatan terbaik untuk agoraphobia adalah terapi pemaparan, dengan bantuan seorang ahli, penderita mencari, mengendalikan dan tetap berhubungan dengan suatu hal yang ditakutinya sampai kecemasannya secara perlahan berkurang karena sudah terbiasa dengan keadaan tersebut (proses ini disebut habituasi). Psikoterapi dilakukan agar penderita lebih memahami pertentangan psikis yang melatarbelakangi terjadinya kecemasan.
Phobia Spesifik
Phobia Spesifik merupakan penyakit kecemasan yang paling sering terjadi.
beberapa phobia spesifik (misalnya takut hewan pengerat, serangga, badai, air, ketinggian, terbang atau tempat tertutup) mulai timbul pada masa kanak-kanak. Banyak phobia yang menghilang setelah penderita beranjak dewasa.
Phobia Sosial
Kemampuan seseorang untuk menjalin hubungan yang serasi dengan yang lainnya melibatkan berbagai aspek kehidupan, termasuk hubungan keluarga, pendidikan, pekerjaan, hobi, kencan dan perjodohan. Kecemasan tertentu dalam situasi sosial adalah normal, tetapi penderita phobia sosial merasakan kecemasan yang berlebihan sehingga mereka menghindari situasi sosial atau menghadapinya dengan penuh tekanan.
Keadaan-keadaan yang sering memicu terjadi kecemasan pada penderita phobia sosial adalah:
1. Berbicara di depan umum.
2. Tampil di depan umum (main drama atau main musik)
3. Makan di depan orang lain.
4. Menandatangani dokumen sebelum bersaksi.
5. Menggunakan kamar mandi umum.
Phobia sosial sering menetap jika tidak diobati, sehingga penderita menghindari aktivitas yang sesungguhnya ingin mereka ikuti. terapi pemaparan merupakan sejenis terapi perilaku yang efektif untuk mengatasi phobia sosial.
Psikoterapi dilakukan agar penderita lebih memahami pertentangan batin yang mungkin melatarbelakangi terjadinya phobia sosial.
Beberapa istilah sehubungan dengan phobia :
• Afrophobia : ketakutan akan orang Afrika atau budaya Afrika.
• Caucasophobia : ketakutan akan orang dari ras kaukasus.
• Hydrophobia : ketakutan akan air.
• Photophobia : ketakutan akan cahaya.
• Antlophobia : takut akan banjir.
• Cenophobia : takut akan ruangan yang kosong

0 komentar:

Posting Komentar