Psikoanalisa dipelopori oleh tokoh psikologi yang
terkenal yaitu Sigmund Freud. Sigmund Freud lahir pada tanggal 6 Mei 1856, di
Freiberg, Moravia, yang kini jadi bagian dari Republik Ceko. Freud adalah anak
sulung dari Jacob dan Amalie Nathanson Freud. Freud menjadi anak kesayangan
ibunya yang masih belia dan serba memanjakan, secara tidak langsung membuat
dirinya berkembang menjadi pribadi yang percaya diri sepanjang hidupnya (E.
Jones, 1953). Pemahaman Freud
tentang kepribadian manusia dibangun sendiri berdasarkan pengalamannya dengan
sejumlah pasien, analisis terhadap mimpinya sendiri dan bacaannya yang luas
dalam bidang ilmu pengetahuan dan humaniora. Pengalaman-pengalaman tersebut
menjadi data dasar untuk mengembangkan teorinya. Bagi Freud, teori berkembang
mengikuti kemajuan observasi dan konsep kepribadiannya terus-menerus
berevolusi, Freud bersikeras bahwa psikoanalisis tidak menggabung-gabungkan
berbagai pembahasan yang berbeda (eclectisme).
Seperti konsep psikoanalisis Sigmund Freud, terapi ini
mempunyai konsep yang didasari struktur kepribadian dasar manusia yaitu id, ego,
dan super ego. Terapi ini merupakan
upaya perawatan perilaku abnormal atau gangguan dengan mengidentifikasikan
penyebab-penyebab “tak sadar” dari perilaku abnormal atau gangguan yang terjadi
pada klien. Tentu hal ini berkaitan dengan konsep struktur pikiran yang
diungkapkan oleh Sigmund Freud, bahwa penyebab “tak sadar” itu merupakan
konflik yang disebabkan oleh kekuatan yang saling berlawanan dalam diri
seseorang dan memberi pengaruh besar terhadap perkembangan kepribadian
seseorang sehingga menimbulkan stres dalam kehidupan.
Ø
Tujuan dari metode terapi psikoanalisis, antara lain:
·
Membentuk kembali struktur karakter seseorang dengan membuat kesadaran yang
tidak disadari di dalam diri klien.
·
Mengupayakan kembali pengalaman masa anak-anak pada diri klien.
Ø
Metode yang digunakan dalam terapi psikoanalisis, antara lain:
·
Hipnotis
Metode
ini diperkirakan muncul sekitar tahun 1700. Ketika itu, Franz Anton Mesmer dari
Sekolah Kedokteran Universitas Wina (University
of Vienna Medical School) memperlihatkan suatu teknik animal
magnetism, tapi kemudian berubah menjadi hipnotisme karena penekanan dari
teknik tersebut dialihkan untuk menimbulkan suatu keadaan kesadaran yang berubah
melalui sugesti verbal.
Pada tahun
1885, Freud mendapatkan hibah untuk melakukan perjalanan dari Universitas Wina
(University of Vienna) dan memutuskan
untuk belajar di Paris pada neurolog Prancis terkemuka yaitu Jean-Martin
Charcot. Selama empat bulan bersama Charcot, Freud belajar teknik hipnotis
untuk menangani hysteria, kelainan
yang umumnya ditandai dengan kelumpuhan atau kelainan fungsi organ-organ tubuh
tertentu. Melalui hipnosis, Freud mengetahui penyebab psikogenis dan seksual
dari gejala-gejala histeria.
·
Asosiasi Bebas
Free
Association, merupakan buku karangan Bollas (2002) yang kemudian dialihbahasakan ke
dalam bahasa Indonesia oleh Winarno (2003) menjadi “Asosiasi Bebas” merupakan
acuan utama dalam menjabarkan hal ihwal asosiasi bebasnya Freud. Dalam buku setebal seratus halaman
tersebut, asosiasi bebas secara sederhana didefinisikan sebagai bicara bebas,
yaitu sesuatu yang tidak lebih dari berbicara tentang apa yang terlintas dalam
pikiran, beralih dari satu topik menuju topik lain dalam suatu urutan yang
bergerak bebas serta tidak mengikuti agenda tertentu.
·
Analisis Mimpi
Mimpi,
dipercaya Freud sebagai “jalan yang sangat baik menuju ketaksadaran”. Hal
tersebut didasari kepercayaan Freud bahwa mimpi itu perwujudan dari materi atau
isi yang tidak disadari, yang memasuki kesadaran lewat yang tersamar. Dalam hal
ini, mimpi mengandung manifest content (muatan manifes) dan content latent (muatan laten). Yang disebut pertama
merupakan materi mimpi yang dialami dan dilaporkan. Sedangkan yang disebut
kemudian, ialah materi bawah sadar yang disimbolisasikan atau diwakili oleh
mimpi.
·
Transferensi
Transferensi
berarti proses pemindahan emosi-emosi yang terpendam atau ditekan sejak awal
masa kanak-kanak oleh pasien kepada terapis. Transferensi dinilai sebagai alat
yang sangat berharga bagi terapis untuk menyelidiki ketaksadaran pasien karena
alat ini mendorong pasien untuk menghidupkan kembali berbagai pengalaman
emosional dari tahun-tahun awal kehidupannya.
·
Penafsiran
Penafsiran
itu sendiri adalah penjelasan dari psikoanalis tentang makna dari
asosiasi-asosiasi, berbagai mimpi, dan transferensi dari pasien. Sederhananya,
yaitu setiap pernyataan dari terapis yang menafsirkan masalah pasien dalam
suatu cara yang baru. Penafsiran oleh analis harus memperhatikan waktu. Analis
harus memiliki kemampuan memilah atau memprediksi kapan waktu yang baik dan
tepat untuk membicarakan penafsirannya kepada pasien.
Kelebihan :
§ Memiliki dasar teori yang kuat
§ Mampu membuat klien lebih mengerti tentang kondisional
yang sebelumnya kurang disadari atau dimengerti
Kekurangan :
§ Memerlukan terapis terlatih dan berpengalaman
§ Menggunakan waktu yang cukup lama dalam proses terapi
§ Menghabiskan biaya klien yang cukup banyak guna
menuntaskan terapi
§ Membuat klien jenuh dalam proses terapi
SUMBER :
Anwar, Z. (2010). Terapi psikologi.
Diakses tanggal 27 Maret, 2013 dari http://zainulanwar.staff.umm.ac.id/download-as-pdf/umm_blog_article_413.pdf.
Feist, J. dan Feist, G. J. (2011). Theories
of personality 7th edition. Jakarta: Salemba Humanika.
Indryawati. Terapi Psikoanalisis
Freud. Diakses tanggal 27 Maret, 2013 dari
indryawati.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/21332/TERAPI+PSIKOANALISIS.doc.
0 komentar:
Posting Komentar